Buku

Anak Petani Jadi Sarjana – Jamaluddin Dg Abu

Terselesaikannya Buku ini berkat dukungan dari orang-orang terdekat yang selama ini bersama saya menemani dalam kehidupan saya. Merekalah jiwa-jiwa yang kumiliki sampai akhir hayat. Aku Persembahkan Buku ini yang pertama untuk orang tuaku Daeng Abu dan Hudaya, yang telah melahirkan, membesarkan dan telah bercucuran keringat membiayai kuliahku hingga tamat Magister. Kalian adalah orang tua yang hebat.

Buku ini juga saya persembahkan untuk istri tercinta, Diana S.Pdi dan Anakku tersayang Arsyana Rezkiana Jamal, kalian berdua telah menemaniku dalam pilihan ‘’Sarjana Pulang Kampungku’’.

Kanreapia adalah desa dengan hasil bumi yang melimpah, surga para petani karena mampu membawa mereka menjadi petani yang kaya raya, rumah yang bagus, memiliki kendaraan pribadi motor dan mobil.

Namun hal ini menjadi faktor runtuhnya kesadaran berpendidikan bagi kami anak-anak petani, konsep ini tertanam dalam pola pikir bahwa untuk apa sekolah tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya pasti cari duit.  Ini menjadi paradigma dan pola pikir yang tertanam sejak dahulu.

Jalan untuk keluar dari pola pikir tersebut pun membutuhkan kerja keras dan hal itu harus dimulai dari diri sendiri, seperti kata pepatah jika ingin mengubah dunia maka ubahlah dirimu terlebih dahulu.

Caranya adalah saya harus lanjut sekolah, kuliah dan pulang kampung mendirikan wadah belajar untuk petani, untuk masyarakat di desaku, wadah itu bernama Sekolah Desa Sekolah Petani Rumah Koran.

Dari wadah ini saya yakin virus-virus kebaikan bisa disebar, terutama virus literasi, virus yang bisa mengajak masyarakat desa untuk lebih maju dan berdaya saing.

Buku Anak Petani Jadi Sarjana

Buku Anak Petani Jadi Sarjana

Penulis:

Jamaluddin Dg Abu

ISBN:

978-623-90324-0-1

Editor:

Rahmat Soni

Penyunting Aksara:

Tim Jariah Publishing

Tata Letak:

Tim Jariah Publishing

Desain Sampul:

Tim Jariah Publishing

Penerbit:

© Jariah Publishing Intermedia

Redaksi:

Jl. Dahlia No. 17 Batangkaluku

Gowa – Indonesia, 92111

Telepon : +628114440319

Email : jariahpublishing@gmail.com

Instagram : @jariahpublishing

Cetakan Pertama, Februari 2019

Dimensi: 14 x 20 cm; 124 hlm

Salah satu tulisan dalam buku Anak Petani Jadi Sarjana

Desaku Kanreapia

MATAHARI di ufuk timur memantulkan cahayanya.  Kabut dingin masih menyelimuti kampung bernama Kanreapia. Beberapa orang terlihat masih membungkus tubuhnya dengan sarung, maklum cuaca masih sangat dingin. Terlihat beberapa lelaki sedang bergegas ke lahan.

Desa Kanreapia, begitulah orang-orang desa menyebutnya. Desa yang masih kental dengan budaya, adat kepercayaan nenek moyang, dan membara di dalam makna kobaran api yang menanamkan makna sebuah nama itu penting. Para pendiri desa memberikan nama Kanreapia yang bermakna “api” yang tak pernah padam, dengan maksud  “api’’ yang harus selalu menyala. 

Desa Kanreapia berada di wilayah kecamatan Tombolo Pao, salah satu Kecamatan di daerah Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya 80 kilometer dari Ibu Kota Makassar. Daerah yang dikenal dengan julukan ayam jantan dari timur ini memiliki dua area, yaitu area dataran rendah dan area dataran tinggi. Kecamatan Tombolo Pao berada di dataran tinggi yang aktivitas masyarakatnya bercocok tanam sebagai petani.

Sebelum adanya transmigran, masyarakat desa masih bercocok tanam ubi kayu, jagung, dan markisa. Kemudian setelah masuknya tranmigrasi, barulah proses bercocok tanam di ubah jenisnya dengan membuka lahan baru seperti sayuran, kentang, kol, sawi, wortel, tomat dan daun bawang.

Sepatu bot, lengan panjang, dan topi lebar ala koboi menjadi pakaian yang sering digunakan para petani saat di lahan. Dengan cangkul dan sebilah parang di pinggulnya, alat  ini menjadi teman setianya bila berangkat ke lahan tersebut.

Sosok setengah baya ini masih kekar berjalan menyelusuri pagi menembus kabut dan dingin, dari pematang ke pematang yang lain, menanjak dan mendaki, dari bukit ke bukit yang lain.

Dari tubuhnya yang kekar mampu menyangga beban yang dipikulnya hampir berjarak 1 kilometer menuju ke lahan. Pekerjaan yang telah digelutinya mulai dari orang tuanya ini membuatnya bertahan sampai sekarang hingga memiliki keluarga sendiri.

Dg Abu namanya, orang tua yang selama ini membesarkan kami dan terus berjuang demi untuk kelangsungan kehidupan ekonomi keluarganya dengan pola kesederhanaan. Beliau juga melatih kami untuk bertanggung jawab pada apa yang telah diamanahkan kepada kami, seperti mengurus hewan ternak, kuda, kambing, dan ayam.

Di samping bercocok tanam kami juga merangkap menjadi pedagang dengan mengepul sayuran hingga menjualnya sampai ke Makassar. Semuanya itu telah ditugaskan pada kami dengan harapan mampu memberikan pengalaman hidup yang berarti dan terbaik untuk keluarga dan anak cucunya.

Kesederhanaan inilah yang membawa kami bisa bertahan sampai sekarang. Namun di balik itu semua ada makna yang sangat dalam. Ketika kami beranjak dewasa, Bapak masih saja pergi mengurus lahan, membersihkan lahan, atau menanam bibit baru sambil membuka lahan baru. Luar biasa memang Bapak. Pekerjaan ini harus membutuhkan kesabaran, ketelitihan, serta kehati-hatian sehingga hasil panennya dapat berhasil dan melimpah.

Dari kesibukannya mengurus lahan, Bapak melakukan sendiri. Bapak memberikan tugas kepada kami hanya untuk mengurus kandang dan ternak peliharaannya. Sesekali kami membawakan kebutuhannya seperti makanan, minuman, atau bibit tanaman dan pupuknya. Semua dilakukannya dengan sendiri mulai dari pembibitan, menanam, membersihkan lahan, dan memberi pupuk. Sampai panen pun biasa dilakukan dengan sendirian.